Sunday, October 31, 2010
Keindahan Islam
Allah SWT berfirman di dalam Al Quran:
“Sesungguhnya agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam” (QS Ali Imran 19)
Islam adalah satu-satunya agama yang diakui kebenaran dan kesempurnaannya oleh Allah. Islam adalah agama terbaik untuk manusia yang datang dari Allah. Apakah sama antara sesuatu yang datang dari Allah dengan sesuatu yang direka oleh manusia? Tentu jauh sekali perbedaannya.
Allah adalah Tuhan yang menciptakan manusia. Sudah tentu Allah yang paling mengetahui tentang manusia. Oleh karena itu, agama Allah adalah agama yang paling lengkap dan paling sesuai dengan fitrah manusia atau keadaan asal dalam diri manusia. Diri manusia terdiri dari empat unsur, yaitu fisik, akal, nafsu dan hati. Hati atau ruh manusia dibekali dengan perasaan bersamaan dengan lahirnya tubuh fisik. Islam itu indah karena agama Islam sebenarnya sangat sesuai dengan fitrah manusia yaitu sesuai dengan perasaan hati manusia. Apa yang disetujui oleh hati kita, itulah yang diperintahkan oleh Allah. Apa yang tidak disetujui oleh hati kita, itu jugalah yang dilarang oleh Allah.
Allah mengutus Rasul-Nya untuk membawa perintah agar manusia membenarkan apa yang ada dalam fitrahnya dan menyuburkan fitrah yang telah ada. Itulah indahannya Islam. Islam seolah-olah memberi makanan kepada ruh manusia. Apa yang dikehendaki oleh ruhani kita, itulah yang dihidangkan oleh Islam. Ibarat makanan untuk tubuh fisik kita, jika kita suka masakan daging kemudian tiba-tiba terhidang daging, tentu terasa indah. Kita suka ikan kemudian dihidangkan ikan, betapa indahnya. Sebaliknya, kalau kita menginginkan daging tetapi yang dihidangkan adalah lauk lain yang tidak kita sukai, tentu tidak terasa indah.
Mari kita sebutkan contoh-contohnya:
1. Yang berhubungan dengan iman atau aqidah.
Manusia bersifat suka menghambakan diri kepada orang yang menjadi tuannya atau orang yang menolong, melindungi dan yang memperhatikan dirinya. Manusia rela mengabdikan diri kepada orang yang dicintainya. Kalau cintanya itu kepada seorang wanita maka ia akan rela menjadi hamba pada wanita itu. Kalau cintanya kepada mobil mewah, maka ia menghamba kepada mobil mewah. Kalau cinta atau tautan hatinya kepada nafsu, maka ia akan menuruti segala keinginan nafsunya. Jadilah ia seorang hamba nafsu.
Tapi anehnya, siapapun akan marah kalau dirinya disebut sebagai hamba wanita, hamba mobil atau hamba nafsu. Fitrahnya akan menolak sekalipun sikapnya memang negitu. Mengapa? Sebab sudah menjadi fitrah manusia ingin menjadi hamba Allah. Sedangkan menjadi hamba selain Allah itu bukan keinginan fitrah. Jika kita berkata kepada seseorang, tanpa memandang orang itu orang Islam atau bukan, “Anda ini adalah hamba Tuhan”, niscaya dia akan mengiyakan dan merasa senang dengan kata-kata itu. Kata-kata itu sesuai dengan fitrahnya yaitu manusia memang diciptakan oleh Allah untuk menyembah-Nya dan untuk menghambakan diri kepada-Nya. Sebagaimana firman Alah:
“Tidak aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku” (QS Az Zaariat 56)
Allah menginginkan manusia menyembah-Nya dan tidak menyembah kepada yang lain. Oleh karena itu, Allah menjadikan fitrah manusia itu mempunyai rasa bertuhan dan rasa ingin menghambakan diri pada-Nya. Jika kita tanyakan kepada orang-orang yang menyembah Allah atau yang tidak menyembah Allah, apakah dia merasa ingin menyembah Allah dan menyukai orang-orang yang menyembah Allah. Niscaya mereka menjawab suka. Mereka merasa suka kepada perbuatan menyembah Allah dan juga merasa suka kepada orang yang melakukannya. Hanya saja, kalau ternyata mereka tidak melakukannya, itu bukan karena perasaan benci atau hati yang tidak mengakui. Hal itu karena nafsu dan syaitan yang menghalangi dan melalaikan mereka. Mereka tidak kuasa melawan nafsu yang sifatnya ego, akhirnya mereka selalu menurutinya. Jika bukan karena perngaruh nafsu dan syaitan, niscaya manusia akan senantiasa merindukan dan mengagungkan Tuhannya. Manusia akan sangat taat kepada-Nya. Demikianlah fitrah ruh yang telah mengenal Allah dan mengakui dirinya diciptakan menyembah-Nya. Diceritakan di dalam Al Quran:
“Allah bertanya kepada ruh: “Bukankah Aku Tuhanmu ?” Mereka menjawab : “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (QS Al A’raf 172)
2. Yang berhubungan dengan syariat.
Manusia senantiasa ingin menambah ilmu, ingin mencari pengalaman dan ingin menjadi pandai. Manusia tidak ingin menggantungkan hidupnya kepada orang lain. Manusia tidak mau hidup beku, bodoh, miskin dan terbelakang. Itu adalah fitrah manusia. Semua orang memiliki keinginan untuk maju apapun bangsa dan agamanya. Memang Allah telah menjadikan jiwa manusia berkeinginan seperti itu. Oleh karena itu, Allah mendatangkan agama Islam yang mengajarkan supaya manusia memenuhi tuntutan fitrah itu. Firman Allah:
“Katakanlah, “Berjalanlah kamu di muka bumi, kemudian lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (QS Al An’am 11)
Artinya kita diperintahkan untuk mengembara mencari ilmu dan pengalaman.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
“Menuntut ilmu wajib bagi lelaki dan wanita” (Riwayat Ibnu Abdi Al Barri)
Begitulah yang dikatakan bahwa Islam adalah agama fitrah. Apabila sesuatu itu disukai oleh fitrah manusia maka Islam akan mendorong atau membenarkannya. Karena Allah yang menjadikan fitrah manusia itu sedemikan rupa maka Allah juga yang mendatangkan cara bagaimana menyalurkan keinginan fitrah itu. Jika tidak ada petunjuk dari Allah maka nafsulah yang akan memimpin manusia untuk melaksanakan keinginan fitrah itu dengan membabi buta. Tentu hasilnya akan buruk sekali. Misalnya, apabila ilmu yang dituntut itu ilmu yang haram seperti ilmu sihir atau ilmu lain yang tidak dikaitkan dengan tauhid dan jiwa sufi, maka ilmu-ilmu itu akan membawa berbagai akibat buruk. Sekalipun ilmu yang yang dipelajari itu bersumber dari ajaran Islam, tetapi jika tidak dikaitkan dengan tauhid dan akhlak, maka akan menyebabkan manusia menjadi sombong, saling berhasad dengki, pemarah dan berbagai sifat buruk lainnya.
Demikian juga jika kita mengembara tetapi tidak mengikuti syariat Islam dan tidak dengan niat karena Allah untuk kebaikan sesama. Hasilnya tidak baik. Oleh karena itu, Islam memberikan petunjuk-petunjuk yang rapi dalam melaksanakan tuntutan fitrah itu.
Dalam mencari kekayaan yang diinginkan oleh fitrah manusia, Islam tidak melarang. Justru Allah berfirman:
”Apabila telah ditunaikan shalat hendaknya kamu bertebaran di muka bumi dan hendaklah kamu cari karuni Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak semoga kamu mendapat kemenangan” (QS Al Jumuah 10)
Dan Nabi SAW bersabda:
“Berniagalah, karena sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu ada dalam perniagaan” (Riwayat Ahmad)
Tapi mencari harta dan kekayaan tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Islam mengatur cara-cara yang bersih dari riba, penipuan dan tindas-menindas karena hal-hal yang buruk itu bertentangan dengan fitrah manusia. Hasilnya juga tidak untuk berfoya-foya, berjudi atau dibekukan di dalam bank. Tapi hasilnya untuk digunakan dalam kebaikan seperti membantu fakir miskin, membangun berbagai proyek yang memenuhi keperluan masyarakat atau membantu usaha perjuangan di jalan Allah. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa karena ia sesuai dengan fitrah. Hal-hal yang dilarang oleh Islam adalah yang bertentangan dengan fitrah.
Tapi mencari harta dan kekayaan tidak boleh dilakukan secara sewenang-wenang. Islam mengatur cara-cara yang bersih dari riba, penipuan dan tindas-menindas karena hal-hal yang buruk itu bertentangan dengan fitrah manusia. Hasilnya juga tidak untuk berfoya-foya, berjudi atau dibekukan di dalam bank. Tapi hasilnya untuk digunakan dalam kebaikan seperti membantu fakir miskin, membangun berbagai proyek yang memenuhi keperluan masyarakat atau membantu usaha perjuangan di jalan Allah. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa karena ia sesuai dengan fitrah. Hal-hal yang dilarang oleh Islam adalah yang bertentangan dengan fitrah.
Selanjutnya, setiap orang, apakah orang itu Islam atau bukan, suka kepada makanan yang lezat. Laki-laki suka kepada perempuan, perempuan juga suka kepada laki-laki. Setiap orang juga ingin mempunyai badan dan pikiran yang sehat. Begitulah fitrah manusia. Kalau keinginan fitrah ini tidak terpenuhi, manusia akan merasa susah dan gelisah. Allah yang menciptakan manusia sedemikian rupa itu tentu yang paling mengetahui cara terbaik bagi manusia untuk memenuhi keinginan fitrah itu. Allah juga tahu cara-cara yang merusak jika manusia menempuhnya dalam usaha memenuhi keinginan fitrah itu. Oleh karena itu, Allah menurunkan petunjuk kepada manusia bagaimana sebaiknya keinginan itu dipenuhi.. Islam tidak menghalangi keinginan fitrah tetapi juga tidak membiarkan keinginan itu dipenuhi dengan cara membabi buta. Makan makanan yang lezat misalnya, hal itu diperbolehkan dengan syarat jangan makan makanan yang haram atau makan dengan berlebihan. Justru jika mengikuti sunnah Rasulullah SAW, sunat hukumnya makan daging seminggu sekali.
Demikian juga Islam menunaikan keinginan fitrah manusia untuk menikah. Hal itu memang dianjurkan oleh Rasulullah SAW :
“Menikah itu adalah sunnahku. Barangsiapa yang membenci sunnahku ini, maka bukanlah ia dari umatku” (Riwayat Bukhari-Muslim)
Hadits lain menyatakan:
“Dua rakaat shalat orang yang menikah lebih baik dari 70 rakaat shalat orang bujang” (Riwayat Ibnu Ady dari Abu Hurairah)
Demikianlah keindahan Islam. Dan dalam usaha menghindari munculnya berbagai masalah dalam perkawinan, maka ditentukan syarat dan rukun yang wajib dipenuhi. Tanpa memenuhi syarat-syarat itu rumah tangga akan goncang dan tumbang. Islam membenarkan pernikahan dan mengharamkan zina. Zina hanya akan menzalimi dan menganiaya kaum wanita. Anak hasil perzinaan yang tidak jelas kedudukan bapaknya ini akan menderita di dalam hidupnya. Ke manakah anak itu akan membawa diri? Hal semacam ini tidak ada seorangpun yang menyukainya. Fitrah kita menolak. Oleh karena itu Allah mengharamkan perbuatan zina karena bertentangan dengan fitrah manusia. Bagaimana tidak, seseorang yang berzina itu pasti melibatkan ibu, isteri atau anak perempuan orang lain. Siapapun akan marah kalau keluarga terlibat dengan perbuatan itu. Kalau begitu sanggupkah kita melakukan zina sedangkan kita sendiri tidak menyukai perkara itu terjadi dalam keluarga kita?
Di dalam Islam ada sebuah prinsip:
“Tidak mudharat dan tidak memberi mudharat”
Contohnya:
Menikah boleh, tapi jangan dengan isteri orang.
Menjadi kaya boleh, tapi jangan cara mencuri atau menipu rakyat.
Tidak ada seorangpun, baik itu Islam atau bukan, yang menganggap zina itu perbuatan yang baik. Kalau hal itu terjadi juga, itu karena manusia sudah menjadi syaitan dan nafsunya yang sudah jahat sekali. Meskipun begitu, hati kecilnya tetap akan menolak. Seseorang itu akan menderita karena melawan hati kecilnya. Orang yang seperti ini tidak akan tenang hidupnya. Dia akan selalu diburu perasaan bersalah dan berdosa sepanjang masa.
Contoh yang lain, semua orang menyukai akhlak yang baik, budi pekerti yang mulia dan orang yang berbuat baik kepada sesama manusia sehingga dapat menghibur hati orang lain. Orang yang menyakiti hati orang lain pun sebenarnya tidak mau orang lain menyakiti hatinya dan dia juga suka kalau hatinya dihibur. Begitulah fitrah manusia. Maka Islam sebagai agama fitrah ini datang memerintahkan manusia agar berakhlak baik sesama manusia. Sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik manusia ialah manusia yang paling banyak berbuat kebaikan untuk manusia lain.” (Riwayat Bukhari)
Dengan demikian, siapa saja yang berakhlak buruk dengan sesama manusia, seperti sombong, bakhil, hasad dengki dan lain-lain, berarti dia menentang Allah dan juga menentang fitrahnya sendiri. Orang yang seperti ini bukan saja dimurkai Allah tapi dia juga membenci dirinya sendiri. Hidupnya tidak akan tenang di dunia dan di akhirat.
Kalau manusia saling mengisi fitrahnya satu sama lain, maka akan aman damailah masyarakat. Tapi yang terjadi sekarang adalah kita menyusahkan orang lain tetapi kita minta orang lain jangan menyusahkan kita. Hasilnya muncul persengketan di mana-mana.
Begitulah uraian tentang keindahan Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Jika manusia tidak mengikuti tuntunan Islam artinya manusia menentang fitrahnya. Walaupun sesorang itu kaya-raya, mempunyai jabatan yang tinggi, banyak ilmu tetapi tidak merasa tenang di dalam hidupnya di dunia apalagi di akhirat. Bukan saja dia bermusuhan dengan Allah tapi juga bermusuhan dengan dirinya sendiri. Secara lahiriahnya orang lain melihatnya hidup senang tetapi hatinya kosong, gelisah, tersiksa, serba salah dan mudah marah.
Di dunia Barat saat ini, orang yang terlihat bijak dan pandai yang hidup dalam berbagai kesenangan ternyata banyak yang mengalami gangguan jiwa. Sehingga jumlah orang yang masuk rumah sakit jiwa melebihi jumlah orang yang masuk ke universtas atau college. Sedangkan di dunia Timur, umat Islam yang sudah rusak imannya karena terlalu menuruti nafsunya sedang menghadapi hal yang sama. Cara hidup yang mereka pilih telah mengantarkan mereka ke lembah masalah dan kesusahan.
Hanya Islamlah satu-satunya agama yang membawa sistem hidup yang benar dan terbaik untuk diikuti. Yakni kehidupan sunnah nabi yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, Khulafaur Rasyidin dan masarakat zaman Salafussholeh (tiga abad pertama Hijriyah). Dengan mencontoh mereka maka manusia akan kembali kepada fitrah murninya dan memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai gambaran, ciri-ciri kehidupan mereka adalah:
Beriman dan bertaqwa
Beribadah dan berzikir.
Berakhlak mulia kepada Allah dan sesama manusia.
Berjuang untuk Allah dan sesama manusia.
Berkorban pada jalan Allah.
Menuntut ilmu dunia dan akhirat untuk diamalkan
Giat bekerja dalam mencari rizki yang halal dan membangun berbagai kemajuan umat.
Taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, juga kepada pemimpin yang taat kepada Allah.
Berkasih sayang.
Tolong menolong di dalam kebaikan dan menolak kejahatan.
Bermaaf-maafan.
Bertenggang rasa.
No comments:
Post a Comment